Orang Tua Dulu Mendidik Saya Dengan Kekerasan, Saya Tak Ingin Mengulanginya Pada Anak Saya..


Seorang perempuan 29 tahun pernah bercerita.

Dia menangis dalam perjalanan pulang kantor. Menangis diatas motor saat berhenti di lampu merah. Tiba-tiba teringat kejadian 20 tahun lalu, saat dipukul oleh ayahnya 'hanya' karena tidak mau minum susu sebelum berangkat sekolah.

***
Dilain waktu, saat keluar sumpah serapah dari ayahnya, perempuan ini menangis sejadi-jadinya karena ucapan serapah yang sejak kecil sering didengarnya ternyata terakumulasi dan me 'recall' ingatannya yang lalu.

Baca juga: Coba Para Suami Gantian Ngurus Anak dan Rumah, Nggak Usah Seharian, Cukup 3 Jam Saja

***

Perempuan ini jika boleh dikatakan, tidak suka dengan ayahnya, dari dulu. Tapi dia tidak ingin menjadi bagian dari orang-orang yang meludah di tempat dia minum. Ayahnya yang membiayai sekolah, pernikahannya dan membantu keluarga barunya sekarang. Memang sebatas itu yang dia tahu.

***

Tidak ada cerita ayahnya membacakan buku, menemani nonton doraemon atau menemani mengerjakan pe er matematika. Tidak ada cerita sang ayah membelikan halo balita, bukan apa-apa, tapi karena dulu memang belum ada.

***

Usulan pada ayah sering dimentahkan dengan kata 'pokoknya' atau 'kalau gak mau yaudah, terserah' pun ancaman seperti 'kalau gak nurut, bayarin aja sekolahmu sendiri'. Itu sungguh hanya gertak sambal. Tapi cukup menciutkan nyali si perempuan saat masih anak-anak.

***

Tidak pernah ada diskusi, tidak ada pembicaraan dua arah. Terima beres, kalau ada yang salah tinggal dimarah, saat emosi tinggal dipukuli.

Baca juga: Elly Risman, Pakar Parenting: Jangan ABAIKAN Perasaan Anakmu..

Perempuan ini tidak suka mendapat perlakuan demikian, tapi dia lakukan hal serupa ke suaminya.

'Kamu gak suka orangtuamu memperlakukan kamu seperti itu, kenapa kamu melakukan hal yang sama ke aku?', protes suaminya saat frustasi menghadapi istri.

Sungguh perempuan ini ingin berubah. Dia pun bingung ketika menjadi tidak terkendali saat marah atau sedih. Dia takut jika suaminya adalah awal korban inner childnya, lalu korban selanjutnya akan menjadi anak-anaknya. Dia sungguh takut.

Inikah inner child negatif? Sosok anak-anak dalam diri yang membawa kemarahan, kekecewaan dan kebencian karena perlakuan dari orangtua ternyata belum selesai sampai hampir duapuluh tahun lamanya.

Saya faham betul perasaan perempuan ini.
-----------------------------------------------------------------------------

Saya juga tau merk motor yang digunakan saat menangis berhenti diperempatan saat lampu merah. Honda Vario 125. Helmnya Suzuki. Untung jaketnya gak Yamaha. Kan gak jelas jadinya kiblat berkendaranya menggunakan brand apa.

Ya.

It was me.

Baca juga: Tips Manajemen KEWARASAN Bagi Ibu Rumah Tangga. PENTING Untuk Dibaca!

Tidak ada aib siapapun yang ingin dibuka. Biarkan ini menjadi pembelajar bahwa saya sungguh merasakan betapa tidak enaknya menjadi anak yang hidup dalam ancaman jika tidak menurut, ditolak pendapatnya jika tidak sesuai dan dipukul untuk hal yang sangat sepele. Menangis di motor itu, tidak ada pemicunya, tiba-tiba teringat aja, lalu tiba-tiba menangis sesenggukan.

Saya, sekarang menjadi ibu. Sungguh saya tidak ingin anak-anak mendapat perlakuan serupa. Tidak mudah menyembuhkan inner child negatif. Saya mudah emosi, menjadi pemberontak, yang saya lakukan bukan hormat tapi takut.

'Maafkan mereka sayang, kalau kamu gak pengen anak-anak kita mendapat perlakuan yang sama, biar berhenti di kamu aja. Biar keburukan orangtua berhenti di kita'.

Nasehat suami saat saya sesenggukan menyesali kenapa dulu aku begini dan aku begitu. Lalala, aku sayang sekali doraemon.

Mencoba menerima masa lalu.
Memaafkan masa lalu. 
Dan kesungguhan ingin berubah. 
Adalah hal yang perlu konsisten saya lakukan.

Mungkin orangtua saya demikian karena bentukan oleh kakek nenek juga. Mereka tidak belajar ilmu parenting semudah yang kita dapatkan dari status teman, atau workshop-workshop.

Saya bersyukur sekali dengan inner child negatif yang penuh kesedihan dan amarah, suami sabar dan mengerti saat saya mulai kumat. Hanya memeluk sembari menawarkan tahu tek tek. Lalu dibilangin sambil dipeluk.

'Sayang jangan sedih, ini sepuluh juta kamu habiskan buat belanja ya'. Itu adalah inner wife saya yang berkata.

Baca juga: Inilah Tips Menjadi Orang Tua yang Lembut dan Sabar dari PAKAR Parenting..

***
Bapak ibu dan hadirin yang dimuliakan Allah, 
*benerin peci

Saya sebagai korban inner child negatif, dari hati yang terdalam ingin berpesan, sungguh jangan kau sakiti hati anak-anakmu dengan perkataanmu dan tangan gemasmu. Mecubit boleh, tapi cubit-cubit manjah ya.

Bagaimanapun juga mereka adalah anak-anak. Yang kalian komplain 'bandel banget sih dibilangin' atau 'anak kok ngeyel banget' itu adalah murni hasil didikan kalian. Silahkan ngaca.

Jangan melakukan kejahatan terhadap anak. Tidak melulu soal kekerasan fisik. Tidak hanya anak yang bisa durhaka kepada orangtua, orang tua bisa melakukan hal serupa dalam bentuk dzalim. Dzalim kepada anak bisa berupa membandingkan anakmu dengan anak tetangga. Rumput tetangga boleh lebih hijau daripada rumput kita. Tapi tidak dengan anak kita. Anak kita tidak akan lebih hijau dari anak tetangga.

'Anaknya pak anu aja juara satu, kok kamu nggak bisa'.

'Kok bisa sih masuk IPS, anak-anak tetangga sini pada masuk IPA semua'

***

Jika dulu jaman SD sudah ada Cita Citata, saya akan nyanyi

🎶sakitnya tu disini, didalam hatiku🎶

tapi jaman dulu adanya lagu

🎶namaku si ratu oke, umurku dua dua, bapakku jawa ibukku cina, yang naksir aku banyakkkk🎶

Kan gak nyambung.

***

Efeknya jika dibandingkan apa? Dia jadi anak yang tidak percaya diri, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna, merasa bodoh. Jika dia bisa memilih, tentu gak ingin diberi orangtua yang model begini. Tapi kita sebagai anak ya sudah jadi jodohnya orangtua kita, dan begitu pula sebaliknya. Seperti moriz jodohnya roti lah kira-kira.

Bagaimana hubungan saya dengan bapak saya sekarang? We're doing good. Good itu artinya ya tidak ribut. Dan tetap tidak dekat. And i am okay with that. Begitu pula hubungan saya dengan ibu, tidak dekat, biasa aja. Tidak sedekat seperti kalian yang saat sedih mendapatkan pelukan, i have never been there. 

Tapi saya percaya bahwasannya orang tidak akan SELAMANYA BAIK dan tidak akan SELAMANYA BURUK DAN JAHAT. Kecuali hello kitty di catatan hati seorang istri. Dia jahat terus.

Baca juga: Jangan Sampai Tanpa Terasa Kita Menabung Banyak Luka di Jiwa Anak-Anak Kita..

***

Kadang kalo liat bapak saya begitu menyayangi emil, saya mikir 'kenapa ngana dulu tak begitu pada beta?'. Saya liat foto jaman kecil, semua ingatan menyedihkan saat kecil terpanggil kembali, seperti saya melihat foto yang di post ini. See? Tidak semudah itu menyembuhkan inner child negatif. Jadi tolong, saya mohon dengan sangat, jangan membuat hal itu terbentuk pada anak-anakmu.

Ibu Elly Risman dalam suatu wawancara pernah menyampaikan bahwa pembentukan kepribadian seeseorang 20% ditentukan oleh sifat yang diturunkan dan 80% ditentukan lingkungan atau pola asuh. 

Nah, pola asuh dapat mempengaruhi inner child seseorang. Ya, kalian orangtua seberpengaruh itu terhadap anak, kalian ingin anak seperti apa, kalian yang tentukan.

***

Yang perlu kita lakukan sebagai orang tua dengan masa lalu kurang menyenangkan adalah :

1. Memaafkan, saya tau ini sulit. Saya juga merasakan hal yang sama. But I will keep trying. Jadi kalian gaes yang punya masalah serupa, ayo kita move on bersama. 

2. Mengajak ngobrol diri sendiri. Sounds insane, tapi tidak. Tanya apa yang menjadi kendala, tanyakan apa yang membuat sesak hati, minta bantuan kepada teman atau suami untuk selalu support.

3. Minta pertolongan pada Allah. Allah sebaik-baiknya tempat untuk meminta pertolongan. Mohon dimudahkan dalam menyembuhkan ingatan masa lalu yang buruk, memohon pertolongan agar selalu ditunjukkan ke jalan yang benar, menjadi sebaik-baiknya orangtua untuk titipan Nya. Menjadi orangtua yang amanah.

***

Bagi bapak ibu yang memiliki pasangan dengan inner child negatif, saya mohon bantu pasangan anda dengan baik dan sabar. Kenapa sabar? Karena sungguh mereka yang bermasalah itu kadang meledak-ledak, mengeluarkan perkataan yang menyakitkan hati pasangan, membanting barang dan melakukan hal kekanakan lainnya. Saya tidak tau apa jadinya jika harus menghadapi ini sendiri. 

But I have such a nice, caring and lovely partner. Yang selalu membantu saya. Yang bergegas pulang cepat dari setelah saya telfon sambil sesenggukan. Yang memeluk saat saya merasa sangat terluka. Saya sungguh tidak tau apa yang bisa saya lakukan tanpa suami. Suami, I love you so much. OM BAGI DUIT OOMMM~

Baca juga: Bukan Uang, Bukan Mainan, Bukan Jajan. TAPI Anak Butuh Orang Tua yang Memberi Kasih Sayang Tulus Ikhlas..

***

Dan yang paling penting, jika masih kelepasan pada anak. Jangan pernah lupa minta maaf, jangan abaikan ‘alah masih kecil ini paling tar lagi juga lupa’. TIDAK. Justru tidak akan lupa semudah itu. Minta maaf. Sungguh-sungguh minta maaf dan berjanji berusaha tidak mengulangi. Promise is everything, but once you break your promise, sorry means NOTHING. Artinya : Harga lama Halo Balita Cuma sampai Januari akhir.

Saya sebagai istri dan ibu beranak satu, ingin menyembuhkan inner child negatif saya, saya ingin jadi orang yang baik. Suami saya pernah bilang, kamu gak perlu repot-repot jadi ibu yang baik, ketika kamu jadi orang baik, otomatis kamu akan jadi ibu yang baik. Saat inner child berangsur membaik, I will be better person!

YEAAAHHH! *guyur sprite ke kepala macam di iklan

Salam, 
Mak Emil
Ibu beranak satu, yang pengen ke negeri kangguru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istriku Biasa Saja dan Tidak Cantik, Namun Dia Adalah Istri Terbaik Untukku..

TERNYATA.. Baik Buruknya Istri Itu Tergantung Dari Suami..

ASTAGHFIRULLAH! Inilah Dampak Mengerikan Ibu yang Suka Marah-Marah Pada Anak