PENTING! Ini 5 Cara Menghukum Anak yang Dilarang Dalam Islam..
PENTING! Ini 5 Cara Menghukum Anak yang Dilarang Dalam Islam..
Dear Bunda,
Mendidik anak tidaklah gampang. Terkadang, anak-anak melakukan kesalahan. Itu wajar karena sebagai bagian dari pembelajaran.
Dan ujungnya, orangtua memberikan hukuman kepada sang anak yang dianggap melakukan kesalahan. Tujuannya, agar anak belajar dari kesalahan itu.
Tapi yang bahaya, orangtua terkadang kelewat marah. Sehingga memberikan hukuman yang menyakiti sang anak. Ini yang bahaya. Dan juga dilarang oleh agama.
Hendaknya, orangtua tahu adab menhukum anak. Sehingga tahu mana hukuman yang boleh dan dilarang oleh syariat Islam. Berikut ini beberapa hukuman yang dilarang dijatuhkan orangtua kepada anak-anak:
Baca juga: Sebelum TERLANJUR! Ini 7 Tanda Orang Tua Salah Mendidik Anak. Baca & Sebarkan!
1. Memukul Wajah
Dilarang memukul wajah dalam mendidik anak. Banyak orangtua yang berpikir bahwa dengan memukul, anak akan segera sadar dengan kesalahannya. Namun pendapat ini belum tentu benar. Bisa jadi tindakan ini malah membuat anak dendam kepada orangtua.
Rasulullah SAW melarang memukul muka berdasarkan sabda Baginda yang artinya, ìJika salah seorang dari kamu memukul, maka hendaknya dia menghindari (memukul) wajah.î
Untuk itu, ketika melampiaskan marah kepada anak janganlah sekali-kali menyakitinya dengan memukul wajah anak tersebut. Jikalau masih bisa menasihatinya dengan lemah lembut, maka lakukanlah. Jangan mudah tergoda bujuk rayu setan untuk meluapkan emosi yang berlebihan.
2. Menampakkan Kemarahan yang sangat
Ketika dalam keadaan marah, banyak orangtua yang menampakkan kemarahan mereka di depan anaknya. Padahal ternyata perbuatan yang demikian ini tidak dibenarkan dalam Islam. Selain itu, perbuatan yang demikian bertentangan dengan amalan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ada baiknya ketika sedang marah, si orangtua menahan amarahnya tersebut.
ìBukanlah orang yang kuat itu diukur dengan kuatnya dia berkelahi, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.î
3. Memukul di Dalam Keadaan Sangat Marah
Memukul dalam keadaan yang sangat marah ternyata juga tidak diperbolehkan di dalam Islam. Dikhawatirkan, jika orangtua melakukan hal tersebut maka ia akan lepas kontrol dan meluapkan emosi yang berlebihan.
Dari Abu Masíud al-Badri, dia berkata, ì(Suatu hari) aku memukul budakku (yang masih kecil) dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ëKetahuilah, wahai Abu Masíud!í Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut kerena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu mendekat dariku, maka ternyata dia adalah Rasulullah SAW dan Baginda berkata, ëKetahuilah, wahai Abu Masíud! Ketahuilah, wahai Abu Masíud!í
Baca juga: MASYA ALLAH! Sesungguhnya Seorang Ibu Itu Punya Ladang Pahalanya Sendiri..
Maka aku pun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ëKetahuilah, wahai Abu Masíud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyiksa) kamu daripada apa yang kami siksakan terhadap budak ini,í maka aku pun berkata, ëAku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini.î
4. Bersikap Terlalu Keras dan Kasar
Sikap ini sudah jelas bertentangan dengan sifat lemah lembut yang diajarkan oleh Islam sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ëalaihi wa sallam, ìBarangsiapa yang terhalang dari sifat lemah lembut, maka dia akan terhalang dari mendapat kebaikan.î
Dari Anas bin Malik, ìAku membantu Nabi selama sepuluh tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah berkata kasar kepadaku. Tidak pernah beliau berkata, ëMengapa engkau melakukan demikian?í atau ëMengapa tidak engkau melakukan demikian?'î (H.R. Ahmad, Bukhori, Muslim, dan Abu Dawud).
Dengan bersikap keras dan kasar tentu akan membuat si anak meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Mereka akan jadi pribadi yang kasar juga terhadap orang lain. Meskipun masih anak-anak sebenarnya ada baiknya untuk menyampaikan hal yang diinginkan dengan lemah lembut.
5. Memukul dengan Benda Keras Sehingga Berbekas
Hal terakhir yang tidak boleh dilakukan dalam menghukum anak adalah memukul dengan benda keras hingga berbekas. Hal ini tentu saja dilarang oleh Rasulullah SAW, karena sekeras-kerasnya hukuman hanya menggunakan rotan dan itupun tidak boleh meninggalkan cedera dan bekas pada kulit si anak.
Tips Untuk Bersabar Dalam Mendidik Anak
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa makna dari ìpukullahî adalah ìfadhribuuhunna ghairu mubarrihî, yaitu pukullah dia dengan tanpa membahayakan, seperti bengkak atau berbekas (H.R Muslim).
Demikianlah ulasan mengenai lima menghukum anak yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Sebagai orangtua ada baiknya untuk lebih belajar mengontrol emosi ketika anaknya melakukan sebuah kesalahan. Hal ini harus dilakukan agar si anak tidak mengalami trauma akibat dimarahi orangtuannya. Selalu ikuti anjuran Nabi untuk bersikap lemah lembut kepada anak.
Setuju tidak, bahwa merawat dan mendidik anak itu butuh bergunung-gunung kesabaran? Dari pagi sampai malam kita harus menghadapi tingkah polah anak yang tak ada habisnya. Tak mau turun dari gendongan, bertengkar dengan adiknya, sering kebobolan ngompol saat toilet training, mudah menangis, tidak mau makan, merengek tak hentinya minta jajan, dan tentu masih banyak lagi yang lainnya. Padahal kita pun sudah lelah dengan pekerjaan rumah yang tak kunjung ada habisnya.
Baca juga: Romantis itu… Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dgn wajah cerah dan bibir merekah.
Ketika itu mungkin emosi kita sudah memuncak hingga ubun-ubun, kepala serasa mau pecah, dada terasa sesak. Saat itu yang kita butuhkan adalah kejernihan pikiran sehingga bukan amarah yang menguasai kita. Disaat seperti itulah mestinya kita mau merenungkan sebuah hadits yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Shuhaib radhiyallahu’anhu,
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
”Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik untuknya. Dan hal itu tidak ada kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan maka dia pun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan untuknya. Apabila dia tertimpa kesulitan maka dia pun bersabar, maka hal itu juga sebuah kebaikan untuknya.” (HR. Muslim [2999] lihat al-Minhaj Syarh Shahih Muslim[9/241])
Anak adalah ujian bagi orang tuanya. Jika kita mampu bersabar dalam mendidik mereka tentu akan ada balasan pahala dari Allah, dan kelak kita akan menuai buah dari kesabaran yang manis bagaikan madu.
Yaitu ketika mereka telah dewasa, kala mereka telah terbiasa dan terdidik dengan kebaikan yang kita ajarkan dan mereka menjadi manusia yang taat pada Rabbnya. Doa-doa yang selalu mereka panjatkan untuk kita adalah harta dan investasi yang tak ternilai harganya. Lalu seperti apa saja aplikasi kesabaran dalam mendidik anak?
Berikut beberapa contohnya aplikasi kesabaran dalam mendidik anak,
1. Sabar dalam mengajarkan kebaikan pada anak
Salah satu bagian dari kesabaran yang dijelaskan para ulama adalah kesabaran dalam melakukan ketaatan pada Allah. Sabar dalam mengajarkan kebaikan pada anakpun termasuk dalam kategori ini. Mengajarkan kebaikan membutuhkan kesabaran seorang ibu. Mengajarkan doa-doa harian, adab dan akhlak yang baik, menghafal qur’an, dan lain sebagainya.
Baca juga: Teh Patra: Betapa REMPONGNYA Mengurus Bayi & Balita. Baca Ini Dulu..
2. Sabar menjawab pertanyaan anak
Dalam masa tumbuh kembangnya, anak akan mengalami fase dimana ia akan selalu bertanya tentang hal-hal di sekelilingnya mulai dari hal yan besar sampai hal-hal yang sepele. Jangan keluhkan hal ini, wahai Ibu! Bersabarlah menjawab setiap pertanyaan anak kita karena dengan anak bertanya pada kita sesungguhnya ia menaruh kepercayaan pada kita sebagai orang tuanya.
Jika kita ogah-ogahan atau malah marah-marah dengan pertanyaan yang anak lontarkan maka anak mungkin akan jera bertanya lagi dan ia tak akan menaruh kepercayaan lagi pada kita sehingga akan bertanya pada orang lain. Lalu apa jadinya jika ia bertanya pada orang yang tidak tepat sehingga mendapat jawaban yang berbahaya bagi agamanya?
3. Sabar menjadi pendengar dan teman yang baik
Termasuk sifat sabar dalam mendidik anak adalah menjadi pendengar yang baik. Jangan pernah mengganggap remeh curhatan anak kita, dengarkan dan komentari dengan bijak serta sisipi dengan nasehat.
4. Sabar ketika emosi memuncak
Menghadapi kelakuan anak yang terkadang nakal memang menjengkelkan. Saat inilah dibutuhkan kesabaran. Jika amarah itu datang cobalah sementara untuk menjauh dari anak hingga emosi kita mereda. Setelah reda, baru dekati anak lagi dan cobalah menasehatinya. Menasehati anak sambil marah-marah tidak akan ada gunanya dan tidak memberikan kesadaran bagi anak.
5. Sabar jika ikhtiar kita dalam mendidik anak belum menunjukkan hasil yang maksimal
Bersabarlah jika belum ada hasil yang maksimal dalam mendidik anak kita. Selalulah ingat bahwa Allah akan selalu melihat proses bukan hasil. Setiap ikhtiar kita mendidik anak akan Allah balas meskipun itu hal yang kecil. Selalulah mendoakan anak kita agar mereka menjadi anak yang shalih-shalihah.
Baca juga: PERHATIKAN! Anak Laki-Laki Boleh Main Boneka Tidak Sih? Kalau Anak Perempuan Lebih Suka Mobil-Mobilan, Ada Masalah Tidak ya?
Penuh Onak dan Duri
Mendidik anak itu tidak mudah, akan ada onak dan duri. Memupuk kesabaran juga bukan perkara gampang. Bukankah kita tahu bersama bahwa jalan menuju surganya Allah penuh dengan hal-hal yang tidak kita sukai apalagi wanita memang memiliki sifat suka berkeluh kesah. Jadi bersemangatlah berusaha menjadi ibu yang sabar, semoga tips ini dapat membantu:
- Berlatihlah untuk sabar, dan ini harus bertahap tidaklah mungkin akan langsung bisa.
- Berdoa pada Allah agar menyuburkan sifat sabar dalam jiwa kita.
- Membaca tentang keutamaan sifat sabar dan juga kisah Nabi dan shahabat serta orang-orang shalih ketika mendidik anak-anak mereka.
- Sabar itu bisa naik dan turun, maka rajinlah mencharge kesabaran kita dengan banyak membaca, menghadiri majelis ilmu, serta berkawan dengan teman yang shalihah agar bisa menasehati kita untuk bersabar.
- Saling mengingatkan dengan partner kita dalam mendidik anak, yaitu suami kita.
- Bukalah mata kita, banyak orang tua yang belum dikaruniai anak atau dikaruniai anak namun memiliki ‘keterbatasan’ yang menjadikan anak sukar dididik. Ingatlah hal itu sehingga dengan itu kita akan banyak bersyukur dan berusaha keras memupuk kesabaran dalam mendidik anak-anak kita. Selalulah ingat bahwa anak adalah invetasi kita di akhirat kelak. Ibarat bercocok tanam, tanamlah benih unggul dan sabarlah merawatnya, maka kelak kita akan menyemai buah yang ranum.
Sumber: Penulis: Nugrahaeni Ummu Nafisah
Artikel Muslimah.Or.Id
Sumber: infoyunik.com
Komentar
Posting Komentar