Selagi Ada Waktu, Habiskanlah Bersama Anak. Sebelum Semuanya Terlambat..


Selagi Ada Waktu, Habiskanlah Bersama Anak. Sebelum Semuanya Terlambat.. 

Senin kemarin saya mulai kembali menjalani aktivitas kerja di kantor sebegaimana banyak pegawai lainnya. Libur hari raya, saya habiskan untuk berkeliling mengunjungi keluarga yang jumlahnya tidak sedikit.

Itu membuat sepuluh hari libur diisi dengan kegiatan bersilaturrahmi dari satu rumah ke rumah lain. Maklum saja, saya adalah anak terakhir dari enam bersaudara sehingga sudah seharusnya sayalah yang bertandang ke rumah mereka. 

Itu sudah tradisi di tempat saya tinggal.

Baca juga: Wahai, Suami.. Berikanlah Uang Perawatan Wajah Pada Istrimu. Ini Alasannya..

Di hari libur terakhir, sebenarnya saya sudah siap untuk kembali menjalani aktivitas bekerja keesokan harinya. Saya gunakan sisa hari libur untuk tinggal di rumah tanpa menjalankan aktivitas apa pun. Sekadar beristirahat. Berharap tenaga yang sempat terkuras dari sebelum lebaran dapat kembali terkumpul. Tentu saya  lelah dan merasa berhak menikmati liburan ini untuk bersantai dan memanjakan diri. Tetapi saya lupa satu hal penting.

Hari minggu itu, Dino, anak pertama saya, menjadi begitu pendiam, tidak terlihat seperti biasanya. Ia duduk di ruang tamu sendirian tanpa mau berbicara pada saya atau pun istri. 

Dino menatap kosong melalui kaca jendela ke arah jalan raya di depan rumah yang masih ramai dilalui kendaraan.

Saya tak mengetahui kalau Dino duduk sendirian selama seharian sampai saat saya terbangun jam tiga sore usai tidur di kamar. 

Melihatnya terdiam dengan wajah murung, saya merasa heran.  “Kenapa dengan si kecil ini?” batin saya.

Lalau saya menemui istri saya dan ia menjawab bahwa Dino sedang ngambek. 

“Dino ingin diajak jalan-jalan. Ia merasa iri pada teman-temannya yang sedang pergi ke tempat wisata bersama keluarga,” katanya. 

Baca juga: Aku Menyesal Membentak Anakku, Akibatnya Sangat Menyedihkan

Saat mendengar penjelasan itu, saya tak langsung memahami pentingnya jalan-jalan bagi anak. Terutama karena, ya, saya seorang laki-laki yang pertama kali memiliki anak.

Usia Dino kini lima tahun. Ia sudah punya banyak teman dan sepertinya mengerti, kalau waktu libur adalah saat bertamasya bersama keluarga.

Namun saya mengabaikan itu sebab Dino tak pernah meminta jalan-jalan selama ini. Saya pikir bermain di sekitar rumah saja sudah cukup membuat anak seusia Dino bahagia. Namun ia sudah bertumbuh besar dan mengerti lebih banyak hal. Termausk juga menghabiskan waktu bersam ayah dan bundanya di luar rumah.

Saya tidak terlalu peduli kala itu dan menganggap hal tersebut wajar sebagai gejala ngambek anak kecil biasa. Biarkan saja sejenak maka ia akan kembali ceria. Namun itu salah.

Sampai menjelang gelap jatuh ke bumi, Dino masih saja diam dengan wajah cemberutnya. Saya tak tega mendiamkan lebih lama dan segera mencoba menanyakan ada apa pada dirinya.

Baca juga: Tidak Ada Ibu Sempurna di Dunia Ini, Tapi Selalu Ada Ibu yang....

Ia hanya terdiam. Saya ulangi lagi pertanyaan saya dengan lebih lembut dan mata Dino justru membasah. air matanya mulai menggenang di pelupuk mata seakan hendak jebol. Melihatnya demikian, saya baru sadar, ia benar-benar ingin diajak keluar jalan-jalan.

Belum sempat saya melanjutkan obrolan, Dino melangkah pergi ke kamarnya. Seperti benar-benar marah dan meninggalkan saya.

Saya hanya menghela nafas. Membiarkannya saja pergi tanpa memanggil, apalagi marah sebab mengabaikan ayahnya. Tidak, sepertinya kali ini saya yang salah. Saya belum dapat memahami keinginan anak seusianya yang, tentu saja, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.    

Dino lalu tidur kembali melanjutkan aksi diam di kamar dengan posisi badan menghadap tembok. Mukanya tersembunyi. Mungkin ia menangis. Saya hanya melirik dari balik pintu dan kembali  menemui istri.
Baca juga: Wahai, Ayah Bunda.. Jangan Suka Marah-Marah, Buatlah Anak Nyaman dan Senang di Rumah

Istri saya mengaku sudah berulang kali membujuk Dino sejak siang dan ia tidak berhasil. Terkadang, si istri yang kelelalahan menghadapi Dino menyerah dan memilih mendiamkannya.

Saya ingin mengajak Dino jalan-jalan tetapi tak ada waktu lagi. Hari sudah malam dan besok dalah hari pertama masuk kerja. Saya tak ingin bolos. Sehingga tak ada pilihan lain, saya tak bisa mewujudkan keinginannya hari itu juga.

Bagi saya, ini adalah pengalaman pertama. Baru kali ini anak saya ngambek selama itu. Dan itu terjadi masih dalam suasana lebaran saat seharusnya seorang anak ikut berbahagia.

Saya ke kamar Dino dan mengajak bicara. Hanya bisa memberinya janji akan segera mengajaknya pergi tamasya bersama. Ia bosan hanya tinggal di rumah sementara teman-teman lainnya pergi ke suatu tempat.

Sebagai seorang ayah, saya mrasa tidak tega dengan tingkah anak lucu  yang selama ini menjadi obat rasa lelah tiap sampai di rumah. Apa guna saya bekerja keras seharian jika saat pulang anak saya diam dan enggan mengajak orang tuanya bicara.

Baca juga: Ayah, Bunda.. Inilah Cara Paling Ampuh Untuk Menghadapi Anak yang Sulit Diatur

Kebahagiaan anak adalah hal paling penting dan saya mau bekerja keras untuk itu.

Mallam harinysa saya membaca sebuah artikel dan mengetahui kalau jalan-jalan bersama keluarga dapat menghilangkan stres yang dialami anak. Iya, anak juga dapat merasa stres sebagaimana orang dewasa.

Itu bisa muncuk sebab aktivitas yang membosankan seperti terus menerus tinggal di rumah. Seperti yang dialami Dino. Padahal ia tergolong anak yang aktif dan suka bermain. Namun selama lebaran, teman-teman Dino pergi bersama keluarga meraka sendiri sehingga Dino tak memiliki teman bermain. Pantas saja jika ia bisa semurung itu.

Saya akui itu sebagai sebuah pelajaran berharga dalam memahami anak. Bekerja keras saja demi keluarga tidaklah cukup untuk membeli kebahagiaan. Seorang anak membutuhkan waktu bersama atau quality time bersama sang ayah.

Sikap murung Dino dapat meninggalkan bekas-bekas sakit hati pada anak yang akan ia bawa sampai dewasa nanti. Itu akan membuat ganjalan dalam hubungan harmonis antara orang tua dengan anak.

Mungkin saja, anak akan enggan menuruti nasehat orang tua sebab merasa keinginannya (meski tidak harus seluruhnya) terpenuhi. Saya pikir mengajak anak bertamasya hanyalah soal kesediaan meluangkan waktu sehari untuk menyenangkan anak. Toh saat ini tempat wisata menjamur dan semakin mudah diakses. Itu artinya biaya yang dikeluarkan tidaklah mahal. Orang tua bisa mensiasati seseuai keadaan ekonomi keluarga. Anak juga tidak akan menuntut tamasya yang jauh dan mahal.

Ia hanya membutuhkan waktu bersama orang tuanya. Itu saja.

Saya khawatir ketika Dino besar, ia akan mengenang masa kecilnya sebagai masa yang tidak menyenangkan. Bayangan seperti itu tentu membuat saya, juga anda yang memiliki anak, merasa sedih.

Sudah jelas bahwa seluruh kerja keras kita diperuntukkan bagi kebahagiaan anak. Sejak terlahir sampai besar nanti, tak ada sedikit pun keinginan membuat anak kesusahan.

Baca juga: RENUNGAN; Menikah Adalah Seni Mengalah. Bacalah Agar Rumah Tangga Bahagia..

Jika saja hari minggu kemarin dapat diulang, saya tidak akan berlaku egois dengan tidur siang dalam kamar. Sementara Dino duduk murung sendirian. Akan saya ajak ia bergembira dengan mendatangi taman bermain atau kolam renang. Itu pilihan paling sederhana.

Tapi waktu terus berlanjut. Dan saya dapat pelajaran berharga bahwa kewajiban orang tua bukan hanya bekerja mencari nafkah demi anak, melainkan juga meluangkan waktu bersama sebanyak mungkin.

Oh, iya.. kalau anak susah makan, gampang sakit, dan perlu nutrisi untuk otak anak agar ia tumbuh cerdas, silahkan baca disini ya: http://bit.ly/2tGAtSP 

Please SHARE jika tulisan ini bermanfaat untuk Anda.. :) 


Oleh: Rifai Surya Pradana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASTAGHFIRULLAH! Inilah Dampak Mengerikan Ibu yang Suka Marah-Marah Pada Anak

Suami yang Mencuci Baju Sendiri Bukan Karena Ingin, Tapi..

RENUNGAN; Menikah Adalah Seni Mengalah. Bacalah Agar Rumah Tangga Bahagia..